Minggu, 08 Maret 2009

psikolinguistik

DISUSUN OLEH :

A. SUHARSA

0605361


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Orang pada umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan keterampilan yang luar biasa rumitnya.penggunaan bahasa terasa lumrah karena memang tidak diajari oleh siapapun sejak umur 1-2 tahun seorang bayi mulai mengeluarkan bentuk-bentuk bahasa yang telah dapat kita identifikasi sebagai kata .ujaran satu kata ini tumbuh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang komplek menjelang umur 4-5 tahun.

Sebagai alat interaksi verbal, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal.secara internal kajian dilakukan terhadap struktur internal bahasa itu, mulai dari struktur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai struktur wacana.kajian eksternal berkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor atau hal-hal yang ada diluar bahasa seperti faktor social, psikologis, etnis, seni dan sebagainya.

Kajian eksternal bahasa melahirkan disiplin baru yang merupakan kajian dua bidang ilmu atau lebih. Contoh sosiolinguistik merupakan kajian antara sosiologi dan linguistik.dewasa ini tuntutan dalam kehidupan telah menyebabkan perlunya dilakukan kajian bersama antara dua disiplin imu atau lebih.

B. Rumusan Masalah.

  1. Bagaimana gejala-gejala psikolinguistik?
  2. Bagaimana implikasi babbling terhadap membaca awal permulaan?
  3. Bagaimana anak memperoleh bahasa?
  4. Bagaimana hubungan antara psikolinguistik dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar?

C. Tujuan

  1. Untuk mengetahui gejala-gejala psikolinguistik
  2. Untuk Mengetahui implikasi babbling terhadap membaca awal permulaan.
  3. Untuk mengetahui bagaimana anak memperoleh bahasa.
  4. Untuk mengetahui hubungan antara psikolinguistik dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Gejala-gejala psikolinguistik.

1. Pengetian Psikolinguistik.

Secara etimologi kata pskilogi berasal dari dari bahasa Yunani kuno psyche dan logos.kata psyche berarti “jiwa, roh, atau sukma” sedangkan kata logos berati ilmu. Jadi psikologi secara harfiah berarti “ilmu jiwa” atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa.dalam perkembangan lebih lanjut, psikologi lebih membahas atau mengkaji sisi-sisi manusia dari segi yang bias diamati. Misalnya seperti orang yang sedih akan berlaku murung, dan orang yang gembira nampak dari gerak geriknya yang riang atau dari wajahnya yang berbunar-binar.

Sedangklan linguistik diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai kajian ilmunya, yang merupakan fenomena yang hadir dalam segala aktivitas kehidupan manusia.maka linguistik itu pun menjadi sangat luas bidang kajiannya.

Dalam kaitannya dengan psikologi linguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hakekat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh, bagaimana itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Dalam konsep ini tampak bahwa yang namanya psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik, sedangkan linguistik itu sendiri dianggap cabang dari psikologi.

Secara etimilogi psikolinguistik berasal dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda dengan prosedur dan metode yang berlainan. Meskipun cara dan tujuan nya berbeda, tetapi banyak juga bagian –bagian objek nya yang dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama.

Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang di dengarnya pada waktu berkomunikasi (Slobin ,1974 :Slama Cazahv, 1973 ) maka secara teoritis tujuan utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima dan secara psikologis dapat menerangkan hakekat bahasa dan pemerolehannya.

Ingram (1989) membagi perkembangan studi tentang bahasa menjadi 3 tahap : periode buku harian, periode sample besar, dan peride kajian longitudinal.

Karya Leopold yang monumental di tulis tahun 1939 padahal datanya diambil dari buku harian yang menurut Iagram berakhir pada tahun 1962.

2. Sejarah Psikolinguistik

Psikolinguistik, merupakan ilmu hibrida, yaitu ilmu yang merupakan gabungan dari dua ilmu, yaitu Psikologi dan linguistik. Benih ilmu ini suadah muncul pada awal abad ke 20, Wilhem Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dengan prinsip-pinsip psikologi. Pada waktu itu bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang eksetik dan cultural ke suatu pendekatan yang “ilmiah”.

Sementara itu di benua Amerika kaitan antara bahasa denghan ilmu jiwa juga mulai tumbuh.. perkembangan ini dapat dibagi menjadi empat tahap :

a. Tahap Formatif

b. Tahap Linguistik

c. Tahap Kognitif

d. Tahap teori psikolinguistik

3. Gejala-gejala psikolinguistik

a.Gangguan Berbicara.

Berbicara merupakan aktifitas motorik yang mengandung modalitas psikis. Oleh karena itu, gangguan berbicara ini dapat dua kategori, pertama, gangguan mekanisme berbicara yang berimplikasi pada gangguan organik

Dan kedua gangguan berbicara psikogenik.

1). Gangguan Mekanisme Berbicara.

Mekanisme berbicara adalah suatu proses produksi ucapan (percakapan) oleh kegiatan terpadu dari pita suara , otot –otot yang membentuk rongga mulut serta kerongkongan dan paru-paru. Maka gangguan berbicara berdasarkan mekanisme nya ini dapat dirinci menjadi gangguan berbicara disebabkan kelainan pada paru-paru (pulmonal) , pada pita suara(laringal) pada lidah (lingual), dan pada rongga mulut dan keronggkongan(resonantal)

a). Gangguan akibar faktor pulmonal.

Gangguan ini dialami oleh para penderita paru-paru. Para penderita penyakit paru-paru ini kekuatan bernafasnya sangat kurang sehingga bicaranya diwarnai oleh nada yang monoton ,volume suara kecil, dan terputus-putus.

b). Gangguan Akibat Factor Laringal.

Gangguan pada pita suara sehingga suara menjadi serak atau hilang sama sekali..

c). Gangguan Akibat Faktor Lingual.

Lidah yang terluka akan terasa perih jika di gerakan.untuk mencegah timbulnya rasa pedih aktifitas lidah di kurangi. Dalam keadaan ini makan pengucapan sejumlah fonem menjadi tidak sempurna.

d). gangguan akibat factor resonasi

Menyebabkan suara yang dihasilkan menjadi bersengau.penderita penyakiy miastenia gravis sering kali dekenali karena kesengauan ini.

2). Gangguan Akibat Multifaktorial.

Akibat gangguan multifaktorial atau berbagai factor yang biasa menyebabkan terjadinya gangguan berbicara. Antara lain adalah berikut ini.

a). Bicara serampangan.

Berbicara dengan cepat dengan artikulasi yang rusak ,ditambah dengan menelan sejumlah suku kata sehingga ucapan sukar di pahami.

b). Berbicara Profulsif.

Biasanya dialami oleh penderita penyakit Parkinson atau kerusakan pada otak yang menyebabkan otot menjadi gemetar, kaku, dan lemah.

c).Berbicara mutis.

Penderita mutisme ini tidak dapat berbicara sebagian mungkin dianggap membisu.penederita mutisme ini tidak hanya berkomunikasi secara verbal, tetapi juga tidak dapat berkomunikasi secara visual maupun isyarat.seperti gerak dan sebagainya

3). Gangguan Psikogenik.

a). berbicara manja.

b).berbicara kemayu

c).berbicara gagap

d). berbicara latah.

b. Gangguan berbahasa

Berbahasa berarti berkomunikasi dengan menggunakan suatu bahasa. Anak-anak yang lahir dengan alat artikulasi dan auditori yang normal akan dapat mendengar kata-kata dengan telinganyadengan baik dan juga akan dapat menirukan kata-kata itu.

Untuk dapat berbahasa diperlukan kemampuan mengeluarkan kata-kata. Ini berarti, daerah Broca (guadang tempat menyimpan sandi ekspresi kata-kata dalam otak) harus berfungsi dengan baik. Kerusakan pada daerah tersebut dan sekitarnya menyebabkan terjadinya gangguan bahasa yang disebut afasia.

c. Gangguan Berfikir

Gnagguan ekspresi verbal sebagai akibat dari gangguan pikiran dapat berupa :

1). Pikun, yaitu suatu penurunan daya inagt dan daya pikirlainnya yang dari hari ke hari semakin buruk.

2). Sisofernik, yaitu gangguan berbahasa akibat gangguan berpikir.

3). Defresif, orang yang tertekan jiwanya memproyeksikan penderitaanya pada gaya bahasa da makana curah verbalnya. Volume curah verbalnya lemah lembut dan kelancarannya terputus-putus oleh interval yang cukup panjang.

d. Gangguan Lingkungan Sosial

Yang dimaksud denganakibat factor lingkungan adalah terasingnya seorang anak manusia, yang aspek biologis bahasanya normal dari lingkungan kehidupan manusia. Keterasinagan dapat disebabkan karena diperlakukan dengan sengaja (sebagai eksperimen) bias juga Karena hidup bukan dalam alam lingkungan manusia, melainkan dipelihara oleh binatang, seperti kasus Kamala dan Mougli.

Tanpa mendengar suara bahasa oarng bahasa di sekelilingtidak mungkin kemampuan berbahasa dapat berkembang. Jadi, anak terasing Karen tidak da orang ayng mengajak atau diajak berbicara, tidak mungkin dapat berbahasa.

4. Universal Bahasa.

Karena anak dapat bahasa apapun yang disajikan kepadanya, pastilah ada sesuatu yang sifat nya universal pada bahasa. pelopor universal bahasa seperti Greenberg (1963) meneliti banyak bahasa diteliti dan dari bahasa itu dia sari-sarikan fitur-fitur mana yang terdapat pada samua bahasa . dengan demikian , konsep universal bahasa bukanlah sesuatu yang mutlak tetapi relative.

Berdasarkan gradasi inilah Comrie (1989/81 : 15-23) membagi universal bahasa menjadi 2 kelompok besar yang masing-masing mempunyai sub-kelompok seperti pada bagan berikut ini :

Non Implikasi

Absolut

Implikasi

Universal

Non Implikasional

Tendensus

Implikasional

Pada kelompok universal absolut non implikasional tidak terdapat pengecualian. Misalnya, semua bahasa memiliki bunyi vokal a,i,u. sedangkan pada kelompok absolut yang implikasional dikatakan bahwa bila bahasa mempunyai X maka bahasa itu mempunyai Y.misalnya, jika bahasa mempunyai konsonan hambat velar.K maka bahasa itu pasti mempunyai konsonan hambat bilabial, B

Pada kelompok universal tendensius non-implikasional trdapat kecenderungan besar terhadap bahasa untuk memiliki sesuatu tertentu. Misalnya, hamper semua bahasa memiliki konsonan nasal.pada kelompok universal tendensius implikasi dikatakan bahwa suatu bahasa memiliki X maka kemungkinan besarnya adalah bahwa bahasa itu juga memiliki Y.misalnya bahasa memiliki SOV(subjek-Pos-Posisi).

Konsep universal diatas berbeda dengan chamsky yang tidak memakai banyak bahasa untuk konsep universalnya. Darsar pandangan dia adalah bila suatu intensitas mengandung unsur –unsur hakiki tertentu.maka unsure-unsur itu pasti ada pada entitas itu simana pun juga.

a. Kontroversi Antara Nurture Dengan Nature.

Manusia dimanapun pasti dapat menguasai bahasa, atau memperoleh bahasa asalkan dia tumbuh di dalam suatu masyarakat.proses pemerolehan ini merupakan hal yang kontroversial diantara para ahli bahasa.mereka mempermasalahkan apakah pemerolehan bahasa ini bersifat nurture atau nature.mereka yang menganut aliran behaviorisme mengatakan pemerolehan ini bersifat nurture, yakni pemerolehan itu di pengaruhi oleh lingkungannya.

Pelopor modern dalam pandangan ini adalah seorang psikolog dari universitas Harvard, Skiner. Dalam verbal behaviour(1957) skinner menyimpulkan bahwa pemerolehan pengetahuan , termasuk pengetahuan pemakaian bahasa, berdasarkan adanya stimulus, yang kemudian diikuti oleh respon. Menurut Skiner bahasa adalah seperangkat kebiaasaan.kebiasaan hanya diperoleh dengan pelatihan yang bertubi-tubi.pandangan inilah yang menjadi dasar mengapa latihan tubian (drills) merupakan bagian yang sangat penting dalam pengajaran bahasa asing pada metode seperti Oral Aproach atau Audiolingual Approach.

Pada tahun 1959 Chomsky menulis resensi yang secara tajam menyerang teori Skiner. Pada dasarnya Chomsky berpandangan bahwa pemerolehan bahasa tidak didasarkan pada nurture tetapi pada nature.anak memperoleh kamampuan untuk berbahasa seperti dia memperoleh kemampuan untuk berdiri dan berjalan (Tabula Rasa), tetapi dia telah dibekali alat berupa piranti pemerolehan bahasa. Piranti ini bersifat universal, artinya anak manapun pasti memiliki piranti ini. Ini terbukti dari adanya persamaan dari satu anak dengan anak yang lainnya dalam proses pemerolehan bahasa mereka.

Sedangkan nurture , yakni masukan yang berupa bahasa yang akan menentukan bahasa mana yang akan diperoleh anak, teati proses nya sendiri berupa kodrat (innate) dan inner-directed. Oleh karena itu, bahasa bukan suatu kebiasaan melainkan suetu system yang diatur oleh seperangkat peraturan (rule-governed). Bahasa juga kreatif dan memiliki ketergantungan struktur.

Kontroversi antara nurture dan nature ini masih berlanjut, meskipun sebagian besar linguis kini percaya bahwa pandangan Chomsky lah yang mendekati kebenaran. Namun demikian, factor nurture tidak dapat dikesampingkan begitu saja. Banyak contoh peristiwa yang menggambarkan nurture Vs nature, misalnya karya fiksi Edgar Rice burogh,Tarzan, sebenarnya bukti khayalan atau adanay interaksi antara nurture dengan nature.pada tahun 1800 di Prancis, ditemukan anak laki-laki bermur 11-12 tahun yang sering menyusup desa dan hutan dipelihara dan di didik oleh seprang tuli ternyata gagal intuk berbicara seperti manusia pada umunya. Peristiwa nurture Vs nature juga terjadi di California sebagai objek penelitian seorang anak bernama Ginie yang disekap orang tuanya dikamar kecil selama 13 tahun. Dia diberi makan tapi tidak pernah diajak bicara, setelah di temukan dan kemudian dilatih berbahasa selama 8 tahun ternyata gagal dan tetap saja tidak dapat berbahasa seperti manusia lainnya.

Dari gambaran di atas tampak bahwa baik nurture maupun nature untuk memperoleh bahasa. Nature diperlukan karena tanpa bekal kodrati mahluk tidak mungkin dapat berbahasa.Nurture juga di perlukan karena tanpa adanya infut dari alam sekitar bekal yang kodrati itu tidak akan terwujud.

5. Universal Dalam Perolehan Bahasa.

Dari berbagai macam universal serta proses pemerolehan bahasa seperti di gambarkan diatas tampak bahwa pemerolehan bahasa seorang anak terkait erat dengan konsep Universal.

Komponen fonologi yang lebih banyak terkait dengan neurologi manusia, nampaknya yang paling universal. Sementara itu, komponen sintaksis dan sematik memiliki kadar universal yang lebih rendah.

a. Universal Pada Komponen Fonologi.

Dalam masalah kaitannya antara konsep universal dengan perolehan Fonologi , ahli yang pandangan nya sampai saat ini belum di sanggah adalah Roman Jakobson. Menurut dia, pemerolehan bunyi berjalan selaras dengan kodrat bunyi itu sendiri. Bunyi pertama yang keluar saat anak pertama berbicara adalah kontras antara konsonan dan vocal. Dalam hal vocal hanya berbunyi a,i,u yang akan keluar lebih dulu diantara ketiga bunyi ini adalah (a).hal ini dikarenakan ketiga bunyi ini adalah system vocal minimal .bahasa manapun di dunia ini pasti memiliki minimakan tiga vocal ini (Jacobson 1971: 8-20).berupa unsure-unsur atau elemen yang membentuk bahasa contohnya : nomina, verbal, adjektiva.sedangkan universal formal berkaitan dengan cara bagaimana universal subtansif itu diatur. Pengaturan elemen –elemen ini berbeda dari suatu bahasa ke bahasa lainnya.

Menurut Chomsky (1999 :34) manusia mempunyai Fakulties Of The Mind. Yakni semacam kapling-kapling intelektual dalam benak/otaknya. Kpaling tersebut oleh Chamsky dinamakan Leangue Acquisition Device (LAD), yang telah diterjemahkan menjadi Piranti Pemerolehan Bahasa (PPB). (Dardjowidjojo, 2000:19) PBB menerima masukan dari lingkungan disekitarnya dalam bentuk kalimat yang tidak semuanya apik (well- formed). Namun, PPB ini mempunyai mekanisme untuk memilah dan menyaring sehingga hanya yang apik lah yang akhirnya diambil.jadi, dalam PPB ada semacam “pembuat hipotese” yang menyarikan korpus yang masuk. Selain itu juga mempunyai mekanisme lain yang menilai dari sekian aturan yang ada mana yang paling baik artinya mana yang paling efisien dan paling ekonomis.

Aitchison (1998 :102) menggambarkan LAD sebagai berikut.






Gramer


b. Universal pada Komponen Sintatik dan Semantik

Berbeda dengan komponen fonologi, komponen sintatik dan semantic memiliki derajat ke universalan yang lebih rendah.pada komponen fonologi, urutan pemunculan bunyi terkait langsung dengan dengan pertumbuhan biologi dan neurology anak. Pada komponen sintaktik dan semantik kaitannya tidak langsung.

Namun demikian, pada komponen sintetik ada pola-pola kalimat yang diperoleh secara universal. Komponen sematik lebih labil karena macam apa yang dikuasai dan berapa jumlahnya sangat tergantung pada keadaan masing-masing anak. Pada anak keluarga petani di desa, kata cangkul atau sabit mungkin akan telah d kuasai awal sedangkan computer atau crayon belakangan, atau malah tidak sama sekali. Jumlah kata yang akan di kuasai mungkin tidak akan banyak seperti anak kota di keluarga terdidik dan mampu membelikan buku gambar dan buku-buku lain untuk anaknya.

Namun demikian, ada pula urutan universal yang umumnya diikuti anak. Prinsip yang dinamakan sini dan kini (here and now) tampaknya universal. Artinya, dimanapun juga kosakata dari objek yang ada di sekelilingnya (=sini) dan yang saat itu ada (=kini).

6. Rerata Panjang Ujaran

Untuk mengukur perkembangan sistaksis anak, banyak di pakai temuan Brown (1973) yang di kenal dengan nama Mean Length of Utterance, MLU, yang telah d terjemahkan menjadi Rerata Panjang Ujaran, RPU (Dardjowidjojo 2000: 40).

7. Bahasa Ibu Versus Bahasa Sang Ibu

Untuk menghindari kesalah-fahaman, perlu di bedakan istilah bahasa ibu dari bahasa sang ibu. Bahasa ibu adalah bahasa pertama yang di kuasai atau di peroreh anak. Bahasa ibu adalah padanan untuk istilah Inggris native language.

Bahasa sang ibu adalah bahasa yang di pakai oleh orang dewasa pada waktu bicara dengan anak yang sedang dalam proses memperoreh bahasa ibunya.

Bahasa sang ibu mempunyai cirri-ciri khusus: (a) kalimatnya umumnya pendek-pendek, (b) nada suaranya biasanya tinggi, (c) intonasinya agak berlebihan, (d) laju ujaran agak lambat, (e) banyak redundansi (pengulangan), dan (f) banyak memakai kata sapaan (Moskowits 1981; Pine 1994: 15; Barton dan Tomasello 1994: 109).

8. Komprehensi Dan Produksi

Manusia, baik anak maupun dewasa, mempunyai dua tingkat kemampuan yang berbeda dalam berbahasa. Orang dewasa, kita menyadari jumlah kosakata yang kita pakai secara aktif adalah lebih rendah daripada kata-kata yang dapat kita mengerti. Dimanapun juga kemampuan anak untuk memahami apa yang di katakana orang jauh lebih cepat dan jauh lebih baik daripada produksinya. Sebagian peneliti mengatakan bahwa kemampuan anak dalam komprehensi adalah lima kali lipat di bandingkan dengan produksinya (Benedict 1979 dalam fletcher dan Garman 1981: 6).Fenson dkk (dalam Barret 1995: 363) mengatakan bahwa pada saat anak dapat memproduksi 10 kata, komprehensinya adalah 110 kata; jadi, 11 kali lipat daripada produksinya

B. IMPLIKASI BABBLING TERHADAP MEMBACA AWAL PERMULAAN

Anak umur 6-8 minggu mulai mendengkut (cooing), yakni mereka mengeluarkan bunyi- bunyi yang menyerupai bunyi vokal dan konsonan. Pada umur 6 bulan mulailah anak dengan celoteh (babbling), yakni mengeluarkan bunyi yang berupa suku kata. Pada umur 1 tahun, anak mulai mengeluarkan bunyi yang dapat diidentifikasikan sebagai kata.

Celotehan dimulai dengan kosonan dan diikuti sebuah vokal. Sehingga, strukturnya adalah CV. Ciri lain dari celotehan adalah bahwa CV ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur sebagai berikut:

(1) C1V1C1V1C1V1C1V1 … papapapa mamamama papapapa

Orang tua kemudian mengaitkan “kata” papa dengan ayah dan mama dengan ibu meskipun apa yang ada di benak anaktidaklah kita ketahui, tidak mustahil celoteh ini hanya artikulatori belaka.

Kalau kita kaji ulang perkembangan bahasa anak setelah mereka dapat mengucapkan “kata” pertamanya, kita lihat anak pada mulanya berbahasa hanya dengan menggunakan satu kata saja. kata-kata yang diucapakn itu bentuknya sederhana, maknanya konkret, dan mengacu pada benda, kejadian, atau orang yang ada di sekitarnya. Kemudian pada tahun kedua, setelah di mengetahui 50 kata, banyak diantara anak-anak yang telah menggabungkan dua buah kata.

Sejumlah penelitian terhadap dua kata yang terdapat pada berbagai bahasa menunjukkan bahwa di bagian dunia manapun, anak-anak pada usia ini mengucapkan pikiran dan maksud yang sama.

Dari uarian yang telah dipaparkan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam membaca awal permulaan, hendaknya disesuaikan dengan celotehan (babbling) anak, dimana kata awal yang mereka kenal adalah kata-kata yang dimulai dengan kosonan dan diikuti sebuah vokal. Sehingga, strukturnya adalah CV.

Ciri lain dari celotehan adalah bahwa CV ini kemudian diulang sehingga muncullah struktur sebagai berikut:

(1) C1V1C1V1C1V1C1V1 … papapapa mamamama papapapa

Sehingga membaca awal hendaknya menggunakan pola diatas. Sebagai contoh, dalam membaca awal mulailah dengan kata-kata mama, papa, kaka, dsb. Karena kata-kata yang tersebut bentuknya sederhana, maknanya konkret, dan mengacu pada orang yang ada di sekitarnya

C. PEMEROLEHAN BAHASA ANAK.

Istilah Pemerolehan dipakai untuk padanan istilah inggris acquestion, yakni proses penguasaan bahasa yang dilakukan oleh anak secara natural pada waktu dia belajar bahasa ibunya (native leangue). Istilah ini dibedakan dari pembelajaran yang merupakan padanan dari istilah inggris learning.dalam pengertian ini proses dilakukan dalam tatanan yang formal, yakni belajar menguasai bahasa ibunya adalah pemerolehan, sedangkan proses dari belajar dikelas di sebut pembelajaran.

Pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak dimanapun juga memperoreh bahasa ibunya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurology manusia yang sama tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang mengatakan bahwa anak telah di bekali dengan bekal kodrati pada saat di lahirkan. Di samping itu,dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui korat-kodrat universal ini.

Karena dalam bahasa ada tiga komponen, yakni, fonologi, sintaksis, dan sematik, yakni, bagaimana anak memperoleh kelayakan dalam berujar.

1.Sejarah Kajian Pemerolehan Bahasa

Minat terhadap bagaimana anak memperoleh bahasa yang sebenarnya sudah lama.konon raja mesir pada abad ke-7 SM Psammeticus I, menyruh bawahannya untuk mengisolasi 2 dari anaknya untuk mengetahui bahasa apa yang akan dikuasi anak-anak itu. Sebagai raja mesir ia menharapkan bahasa yang keluar dari anak-anak nya dalah bahasa arab, meskipun akhirnya dia kecewa.

Charles Darwin pada 1877 juga mencatat perkembangan bahasa anak laki-laki nya (Gleason dan Ratner 1998:349). Catatan harian yang [ada zaman modern berkembang jadi data-data elektronik yang sesuai dengan perkembangan jaman mendorong lebih kuat kajian bagaimana anak memperoleh bahasa.

Tahun 1986 Chosky menggambarkan pemerolehan bahasa anak seperti orkestra yang memainkan suatu simponi, yang difanti dengan permainan gamelan.

2. Metode Penelitian Dalam Memperoleh Bahasa.

Disamping buku catatan harian, metode penelitian yang dipakai juga dapat berupa observasi. Cara inilah yang telah dilakukan oleh orang-orang seperti Brown (1973). Untuk meneliti perkembangan 3 anak Adam,Eve, dan Sarah untuk mengetahui bagaimana system gramatikal mereka perkembangan cucunya dari lahir sampai umur 5 tahun (Dardjowidjojo 2000) khusus dalam Yulianto (2001) juga telah melakukan kajian bagaimana anak memperoleh fonologi bahasa Indonesia dari umur 1;2-2;6.

Metode yang lain adalah metode wawancara metode berguna untuk mengecek sesuatu yang ingin diketahui oleh peneliti.

Metode yang ketiga yang dapat dipakai adalah eksperimen.metode ini dipakai jika peneliti ingin jawaban terhadap suatu masalah.dalam hal ini peneliti memilih topik yang akan di teliti lalu dibuat eksperimen untuk mendapatkan jawabannya.

3. Pemerorehan dalam Bidang Fonologi

Pada waktu dilahirkan, anak hanya memiliki sekitar 20% dari otak dewasanya. Proporsi yang di takdirkan kecil pada manusia ini mungkin memang “dirancang” agar pertumbuhan otaknya Proporsional pula dengan pertumbuhan badannya.

Pada umur sekitar 6 minggu, anak mulai mengeluarkan bunyi-bunyi yang mirip dengan bunyi konsonan atau vocal. Bunyi-bunyi ini belum dapat di pastikan bentuknya karena memang belum terdengar dengan jelas. Proses pengeluaran bunyi-bunyi seperti ini dinamakan cooing, yang telah di terjemahkan menjadi dekutan (Dardjowidjojo 2000: 63). Pada sekitar 6 bulan, anak mulai mencampur konsonan dengan vocal sehingga membentuk apa yang dalam bahasa Inggris dinamakan babbling, yang telah diterjemahkan menjadi celotehan (Dardjowidjojo 2000: 63).

4. Pemerolehan dalam Bidang Sintaksis

Dalam bidang sistaksis, anak memulai berbahasa dengan mengucapkan satu kata (atau bagian kata). Kata ini, bagi anak, sebenarnya adalah kalimat penuh, tetapi karena dia belum dapat mengatakan lebih dari satu kata, dia hanya mengambil satu kata dari seluruh kalimat itu.

Dalam pola pikir yang masih sederhana pun tampaknya anak sudah mempunyai pengetahuan tentang informasi lama versus inforamasi baru. Kalimat diucapkan untuk memberikan informasi baru kepada pendengarnya. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa dalam ujaran yang dinamakan Ujaran Satu Kata, USK, (one word utterance) anak tidak sembarangan saja memilih kata itu; dia akanmemilih kata yang memberikan informasi baru. Sekitar umur 2;0 anak mulai mengeluarkan Ujaran Dua Kata, UDK (Two Word Utterance). Anak mulai dengan dua kata yang di selingi jeda sehingga seolah-olah dua kata itu terpisah. Dengan adanya dua kata dalam UDK maka orang dewasa dapat lebih bias menerka apa yang dimaksud oleh anak karena cakupan makna menjadi lebih terbatas.

Meskipun pada UDK semantiknya memeng makin jelas, makna yang dimaksud anak masih tetap harus diterka sesuai dengan konteksnya. Setelah UDK tidak ada ujaran tiga kata yang merupakan tahap khusus. Pada umumnya, pada saat anak mulai memakai UDK, dia juga masih memakai USK. Setelah beberapa lama memakai UDK dia juga mulai mengeluarkan ujaran yang tiga kata atau bahkan lebih. Jadi, antara satu jumlah kata dengan jumlah kata yang lain bukan merupakan tahap yang terputus.

8.2.1 Bentuk Tatabahasa pada Anak

Pada tahun 1963 Martin Braine, Universitas California di Santa Barbara, mendapati dalam penelitiannya bahwa urutan dua kata yang dipakai anak ternyata mengikuti aturan tertentu. Ketiga anak yang dia selidiki tampaknya membagi kata-kata mereka menjadi dua kelompok: (a) kata-kata yang sering muncul, yang tidak pernah sendirian, dan muncul pada posisi tertentu, dan (b) kata-kata yang jumlahnya lebih besar, yang munculnya tidak sesering seperti yang ada pada (a) kata-kata yang sering muncul pada posisi tertentu, dan (b) kata-kata yang jumlahnya lebih besar, yang munculnya tidak sesering seperi kata yang ada pada (a), posisinya juga ada dimana saja, dan bias muncul sendirian. Kata-kata pada (a) dinamakan pivot karena ujaran anak berkisar pada kata-kata ini, dan pada (b) dinamakan open,terbuka.

5. Pemerolehan pada Bidang Leksikon

Sebelum anak dapat mengucapkan kata, dia memakai cara lain untuk berkomunikasi: dia memakai tangis dan gestur (gesture, gerakan tangan, kaki, mata, mulut, dsb). Pada awal hidupnya anak memakai pula gesture seperti senyum dan juluran tangan untuk miminta sesuatu. Dengan cara-cara seperti ini anak sebenarnya memakai “kalimat” yang protodeklaratif dan protoimperatif (Gleanson dan Ratner 1998: 358)

6. Macam kata yang dikuasai

Dari macam kata yang ada, yakni, kata utama dan kata fungsi anak menguasai kata utama lebih dulu.karena kata utama ada paling tidak tiga yakni, nomina, verba, dan adjektiva.

b. Cara Anak Menetukan Makna.

Dalam rangka menentuka makna suatu kata, anak akan mengikuti prinsip-prinsip universal , salah satu diantaranya adalah yang dinamakan overexiension yang telah ditetaokan menjadi penggelembungan makna.diperkenalkan dengan konsep baru , anak cenderung mengambil salah satu fitur dari konsep tersebut.lalu mnerapkan nya pada kosep lain yang memiliki fitur tersebut.

c). Cara Anak Menguasai Makna.

Ada banyak strategi yang digunakan anak untuk menguasai makna bahasa. Diantaranya strategi referensi dengan dengan menganggap bahwa kata pastilah merujuk pada benda, perbuatan, proses, dan atribut.

Strategi-strategi lainnya adalah, strategi cakupan objek, strategi peluasan, cakupan kategorial, strategi nama baru, strategi konvensionalitas,

7. Pemerolehan dalam bidang pragmatik

Pragmatik adalah studi tentang penggunaan bahasa dalam hubungan nya dengan orang lain dalam masyarakat yang sama.pragmatik merupakan komponen ke empatpada bahasa tetapi memberikan perspektif yang berbeda mengenai bahasa.

a). Pemerolehan Niat Komunikatif

Saat minngu pertama lahir anak sudah mulai menunjukan niat komunikatif antara lain dengan tersenyum, menoleh, atau memberikan sesuatu orang lain.

b). Pemerolehan Kemampuan Percakapan.

Mengenai perkembangan kemampuan percakapan, anak juga secara bertahap menguasai aturan-aturan yang ada.percakapan mempunayi struktur yang terdiri dari 3 komponen. Yaitu pembukaan, giliran, penutup.

5. Pengembangan Piranti Wacana.

Pada anak wacana umumnya berbentuk percakapan antara anak dengan orang dewasa atau dengan anak lain. Percakapan ini dapat berjalan dengan cukup berjalan dengan lancar karena interlocutor anak adalah orang-orang dekat yang memberikan dukungan nya kalimat-kalimat penyambung.

D. Hubungan Antara Psikolinguistik Dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia Di Sekolah Dasar

Bahasa adalah kemampuan berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana fikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk sebuah tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata – kata, kalimat, bunyi, lambang, gambar atau lukisan. Bahasa merupakan hal hakiki yang membedakan manusia dengan hewan. Dengan bahasa manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia, alam sekitar ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama.

Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang dengan pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata. Pada awal masa ini, anak sudah menguasai sekitar 2500 kata, pada pada masa akhir (usia 11-12 tahun ) telah dapat menguasai sekitar 50.000 kata. Dengan dikuasainya keterampilan membaca dan berkomunikasi dengan orang lain, anak sudah gemar membaca atau mendengarkan ceritera atau dongeng fantasi (awal usia SD) dan pada usia akhir, dia sudah gemar membaca dan mendengarkan ceritera yang bersifat kritis. Pada masa ini, tingkay berfikir anak sudah lebih maju, dia lebih banyak menanyakan soal waktudan sebab akibat. Oleh karena itu, kata Tanya yang dipergunakanpun , yang semula hanya apa sekarang sudah diikuti dengan pertanyaan : dimana, dari mana, kemana, mengapa dan bgaimana.

Terdapat 2 faktor penting yang mempengaruhi perekmbangan bahasa yaitu :

a. proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (organ –organ suara / bicara sudah berfungsi)untuk berkata-kata

b. proses belajar ,

yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari bahasa orang lain dengan galan mengimitasi atau meniru ucapan/kata-kata yang di dengarnya.proses ini berlangsung sejak masa bayi dan kanak-kanak sehingga pada usia anak memasuki usia sekolah dasar, ia sudah pada tingkat

1. dapat membuat kalimat sempurna.

2. dapat kalimat majemuk.

3. dapat menyusun dan mengajukan pertanyaan

Di sekolah diberikan pelajaran bahasa yang dengan sengaja menambah pembendaharaan kata, mengajar menyusun struktur kalimat pribahasa, kesusastraan, dan keterampilan mengarang. Dengan dibekali pelajaran bahasa ini deharapkan peserta didik dapat menguasai dan mempergunakan sebagai alat untuk.

a. berkomunikasi dengan orang lain

b. menyatakan isi hatinya (perasaan)

c. memahami keterangan yang diterima.

d.berfikir (menyatakan pendapat atau gagasan)

e. mengembangkan kepribadiannya ,seperti menyatakan sikap dan keyakinan.

BAB III

KESIMPULAN

Secara etimilogi psikolinguistik berasal dari kata psikologi dan kata linguistik, yakni dua bidang ilmu yang berbeda dengan prosedur dan metode yang berlainan. Meskipun cara dan tujuan nya berbeda, tetapi banyak juga bagian –bagian objek nya yang dikaji dengan cara yang sama dan dengan tujuan yang sama.

Psikolinguistik, merupakan ilmu hibrida, yaitu ilmu yang merupakan gabungan dari dua ilmu, yaitu Psikologi dan linguistik.

Pada umumnya kebanyakan ahli kini berpandangan bahwa anak dimanapun juga memperoleh bahasa ibunya dengan memakai strategi yang sama. Kesamaan ini tidak hanya dilandasi oleh biologi dan neurology manusia yang sama tetapi juga oleh pandangan mentalistik yang mengatakan bahwa anak telah di bekali dengan bekal kodrati pada saat di lahirkan. Di samping itu,dalam bahasa juga terdapat konsep universal sehingga anak secara mental telah mengetahui korat-kodrat universal ini.Karena dalam bahasa ada tiga komponen, yakni, fonologi, sintaksis, dan sematik, yakni, bagaimana anak memperoleh kelayakan dalam berujar.

Kalau kita kaji ulang perkembangan bahasa anak setelah mereka dapat mengucapkan “kata” pertamanya, kita lihat anak pada mulanya berbahasa hanya dengan menggunakan satu kata saja. kata-kata yang diucapakn itu bentuknya sederhana, maknanya konkret, dan mengacu pada benda, kejadian, atau orang yang ada di sekitarnya dan dalam membaca awal permulaan, hendaknya disesuaikan dengan celotehan (babbling) anak, dimana kata awal yang mereka kenal adalah kata-kata yang dimulai dengan kosonan dan diikuti sebuah vokal.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2003. Psikolinguistik Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

Darjowidjojo, Soejono. 2005. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tarigan, Henry Guntur. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa I. Bandung: Angkasa.

Yusuf, Syamsu. 1992. Psikolgi kependidikan. Bandung: Andira Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar